Contoh Teks Esai Novel Hujan Karya Tere Liye

Contoh Teks Esai Novel Hujan



Berawal dari pertemuan Lail dengan Elijah di sebuah ruangan terapi. Lail datang untuk menemui Elijah hanya dengan satu tujuan: ingin menghapus ingatannya tentang hujan.
Lail sangat ingin melupakan hujan, baginya hujan selalu turun dimasa tergelapnya. Segala hal yang dilewatinya adalah tentang hujan.
Delapan tahun yang lalu, 21 Mei 2042. Bayi ke sepuluh miliar lahir ke dunia. Saat itu pertambahan penduduk bumi tidak dapat lagi dibendung, ketika dunia sedang mencari jalan keluar permasalahan merebaknya orang-orang di bumi ditambah krisis air yang mencekik, tiba-tiba alam menyediakan solusinya tersendiri.

Letusan gunung Purba terjadi dengan sangat dahsyat, menyemburkan material vulkanik setinggi delapan puluh kilometer yang menghancurkan apa saja dalam radius ribuan kilometer. Suara letusan terdengar sampai jarak  sepuluh ribu kilometer. Letusan itu tak disangka berhasil mengurangi jumlah penduduk di dunia hanya dalam waktu hitungan menit.

Lail yang waktu itu masih berusia 13 tahun, mendadak sebatang kara. Kedua orang tuanya meninggal dalam kejadian yang tak terlupakan oleh dunia. Ibunya tertinggal di lorong kereta api bawah tanah. Dan takdir membawa Lail bertemu dengan Esok. Laki-laki yang menyelamatkannya dari reruntuhan tangga kereta api bawah tanah. Esok masih berusia 15 tahun saat itu.

Esok sudah lama kehilangan ayahnya, dan setelah bencana itu, Esok pun kehilangan ke-4 kakaknya. Sementara ibu Esok mengalami luka yang cukup parah, sehingga kedua kakinya harus diamputasi. Esok adalah anak yang cerdas dan baik. Ia dan Lail berteman sangat dekat semenjak kejadian itu, Esok pun menjadi sosok kakak untuk Lail, yang kelak ia akan menjadi sosok yang sangat berharga bagi Lail.

Suatu hari ada kabar Esok akan diadopsi oleh orang kaya yang tak lain adalah si walikota. Hal itu membuat Lail sedih. Mereka harus berpisah, entah kapan akan bertemu lagi, tak ada yang tahu pasti. Sementara Lail masuk ke panti sosial, tempat penampungan anak-anak seusianya. Di Panti Sosial inilah Lail bertemu dengan Maryam, gadis berambut kribo yang akan menjadi sahabat baik Lail. Dengan tegar Lail menjalani hidupnya, waktu berlalu begitu cepat. Hari berganti hari, iklim pun terus berubah. Lail beranjak tumbuh dewasa, sambil terus berpikir kan kemana ujung kisah hidupnya akan bermuara.

Segala pahit manis kehidupan telah di laluinya, berjuta memori mengisi hari-hari Lail. Tentang kebahagiaan, tentang kesedihan, tentang pertemuan, tentang perpisahan, tentang cinta, tentang hujan. Semuanya berkelanyut di kepala Lail berputar menambah kalut pikirannya. Bak benang kusut, susah untuk di benahi. Membuat Lail sedih, bingung dan merasa sesak, yang akhirnya Lail nekat menemui dokter ahli saraf untuk menghapus sebagian ingatannya, yakni ingatannya tentang hujan, terutama tentang pemuda yang menyelamatkan dirinya dari reruntuhan kereta api bawah tanah, tentang Soke Bahtera.

Terlepas dari itu semua Tere Liye, sang pengarang ingin membagikan pesan kepada pembacanya dari novel Hujan bagaimana belajar tegar menghadapi permasalahan, terus melangkah maju meskipun masalah tersebut sangat berat dipikul. Belajar menghargai hidup, menghargai persahabatan serta belajar memahami keikhlasan. Dengan latar waktu tahun 2042-an, pembaca diajak berimajinasi. Membayangkan kondisi dunia masa depan, dengan berbagai teknologi-teknologi canggih yang bisa digunakan.




**





Mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan. Kurang lebihnya mohon maaf. Karena saya juga masih belajar, kalian boleh komentar dibawah^^ terimakasih.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Teks Editorial

Artikel